Sabtu, 17 Desember 2016

Permasalahan Keanekaragaman Hayati di Indonesia


Keanekaragaman Hayati adalah istilah yang luas yang digunakan untuk menggambarkan keragaman Gen,Spesies dan Ekosistem di suatu wilayah.

Masalah-masalah dalam Keanekaragaman Hayati
Indonesia seharusnya merupakan tempat keanekaragaman hayati terkaya dunia. Di negara kepulauan ini terdapat 515 spesies mamalia (12% dari total mamalia dunia), 25 ribu spesies tumbuhan berbunga (10% dari tumbuhan berbunga dunia), 1.500 spesies burung, 600 spesies reptilia, dan 270 spesies amfibi. Tidaklah berlebihan jika dunia menjuluki negara kita sebagai megabiodiversity country. Di bidang kelautan, Indonesia memiliki kekayaan jenis terumbu karang dan ikan yang luar biasa, termasuk 97 jenis ikan karang yang hanya hidup di perairan laut Indonesia. Sementara itu, dalam hal kekayaan jenis ikan air tawar, Indonesia memiliki sekitar 1.400 jenis. Jumlah itu hanya dapat disaingi oleh Brasil. Tidak hanya fauna, negara ini juga diberkahi kekayaan flora yang berlimpah. Terdapat lebih dari 38 ribu jenis tumbuhan tingkat tinggi (memiliki akar, batang, dan daun) di bumi Indonesia. Jumlah itu menjadikan negeri ini sebagai lima besar negara yang memiliki kekayaan flora terbesar.
Masalah utama dalam keanekaragaman hayati adalah turunnya keanekaragaman hayati yang diakibatkan oleh pencemaran lingkungan hidup hayati. Lingkungan untuk keanekaragaman hayati meliputi hutan, air, tanah, udara, dan laut. Pencemaran dan kerusakan lingkungan hayati (ekosistem) merupakan penyebab turunnya keanekaragaman hayati. Secara umum, rusaknya suatu ekosistem disebabkan oleh perusakan habitat, pembudidayaan spesies tertentu, polusi zat-zat kimia, pemburuan liar, erosi tanah, dan usaha pencagaran yang tidak berjalan lancar. Yang menjadi dasar dari masalah perusakan ekosistem. ini adalah perubahan fungsi suatu ekosistem menjadi fungsi yang lain. Hal-hal yang menyebabkannya antara lain penggundulan hutan, pembangunan, dan pembuatan bendungan. Menurut data statistik kehutanan, hutan Indonesia seluas 141,8 juta pada tahun 1991. Pada tahun 2001, menjadi 108,6 juta turun 32,2 juta ha. Hal ini mengakibatkan banyak spesies punah. Jumlah spesies yang ada di bumi ini sangat beraneka ragam. Hingga saat ini, diperkirakan ada 13.620.000 spesies dan 1.750.000 diantaranya telah teridentifikasi (lihat lampiran tabel 1 pada lampiran). Dari sekitar 12,8 % spesies yang telah teridentifikasi tersebut hanya sedikit yang berguna bagi kehidupan manusia, misalnya seperti kelapa sawit, padi, tembakau, bawang merah, sapi, ayam, Sacharomyces sp, dan lain sebagainya (Hunter, Fundamentals Conservation of Biology). Manusia hanya menginginkan untuk memperbanyak spesies-spesies tertentu yang berguna baginya. Akibatnya, spesies-spesies lain yang dianggap belum berguna karena belum diketahui fungsinya bagi kehidupan manusia terancam punah. Dikhawatirkan apabila hal ini terus berlangsung maka jumlah spesies di muka bumi ini semakin berkurang.
Zat-zat seperti CO2, SO2, CFC, NOX, N2O5, dan CH4 merupakan zat yang paling berdampak pada keanekaragaman hayati. Zat-zat tersebut dapat menyebabkan pemanasan global, penipisan lapisan ozon, dan hujan asam yang sangat mempengaruhi keadaan suatu ekosistem menjadi layak untuk dijadikan habitat kehidupan atau tidak. Selain itu juga ada limbah yang dihasilkan oleh industri, rumah tangga, pertanian, peternakan, dan perikanan. Hal ini menyebabkan hanya spesies tertentu saja yang dapat hidup. Terutama spesies yang dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Ekosistem yang berada di air mencakup sungai, danau, air tawar, dan laut. Dalam ekosistem air terdapat berbagai jenis organisme seperti ikan, alga, dan terumbu karang. Akibat adanya erosi tanah kedalaman air baik di sungai, danau, air tawar, dan laut semakin berkurang. Pendangkalan tersebut menyebabkan wilayah untuk hidup semakin berkurang sehingga organisme yang hidup terancam punah.
Usaha untuk mengatasi penurunan jumlah keanekaragaman hayati sudah ada. Yaitu dengan metode in situdan ex situIn situ adalah pencagaran di tempat hidupnya sendiri. Ex situ adalah pencagaran di tempat hidup yang lain. Namun, pada prakteknya usaha tersebut masih memiliki masalah. Masalah pada pencagaran in situ adalah masalah semakin sempitnya luas habitat. Untuk ex situ sendiri, tersendat karena masalah biaya yang sangat besar hingga miliaran rupiah. Di indonesia sendiri, baik in situ dan ex situ tidak berjalan dengan baik. Diperkirakan 126 jenis burung, 63 mamalia, dan 21 jenis reptilia di Indonesia terancam punah.

Penyebab masalah
Faktor-faktor yang menyebabkannya dibagi menjadi dua jenis, yaitu faktor yang terjadi secara alami dan faktor yang terjadi akibat dari ulah manusia (antropogenik).

1. Faktor Alami
Faktor-faktor alami berkaitan dengan masalah adaptasi suatu organisme. Apabila dapat beradaptasi terhadap kondisi yang baru maka organisme tersebut akan bertahan hidup. sedangkan, apabila tidak dapat beradaptasi maka organisme tersebut tidak dapat bertahan hidup.

2. Faktor Antropogenik
Faktor secara antropogenik cenderung yang paling mengakibatkan kerusakan pada lingkungan. Faktor-faktor tersebut seperti pertambahan jumlah penduduk, kurangnya kesadaran, pemahaman, dan kepedulian untuk menjaga keanekaragaman hayati, pesatnya pembangunan, dan penegakan hukum yang lemah.
Upaya Mengatasi Masalah Keanekaragaman Hayati
Masalah keanekaragaman hayati sangat berhubugan apabila ditinjau dari masalah segi ekologis, sosial, ekonomis maupun budaya. Yang bermasalah adalah fungsi keanekaragaman yang bertolak belakang dari segi ekologi dengan segi ekonomi. keduanya mempengaruhi kehidupan sosial dan budaya. Oleh karena itu, upaya untuk menyelesaikan masalah ini adalah untuk mensinergikan antara segi ekologi dengan segi ekonomi. hal-hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
-Adanya kesadaran mulai dari diri sendiri untuk menjaga lingkungan. Dengan dimulai dari  atur diri sendiri akan bersifat fleksibel terhadap pelestarian keanekaragaman hayati. Manfaat keanekaragaman hayati itu sangat banyak. oleh karena itu perlu dilestarikan.
-Pengembangan agrowisata. Dengan mengembangkannya maka akan mendapatkan dua
fungsi sekaligus yaitu untuk menjaga keanekaragaman hayati dan fungsi ekonomi.
– Melaksanakan pembangunan ramah lingkungan
– Mengupayakan adanya eco-industrial. Dengan eco-industrial dapat mengurangi jumlah limbah dan meningkatkan pendapatan dari penggunaan ulang atau penjualan limbah.
– Berusaha untuk meminimalisir penggunaan barang-barang seperti plastik dan kertas. Mengupayakan untuk mendaur ulang barang-barang yang bisa didaur ulang demi menjaga keanekaragaman hayati.
– Menggunakan sistem pengelolaan hama terpadu (PHT). Dengan adanya PHT, dapat menjaga rantai makanan yang berdampak pada pelestarian keanekaragaman hayati.
– Memaksimalkan sistem pencagaran baik secara in situ maupun ex situ.


REFERENSI :

https://wulanbio.wordpress.com/tag/upaya-mengatasi-masalah-keanekaragaman-hayati/

http://lumoshine.blogspot.co.id/2013/05/krisis-keanekaragaman-hayati-di.html


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar